Tempat Wisata

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), WISATA memiliki pengertian bepergian secara bersama-sama dengan tujuan bersenang-senang, menambah pengetahuan, dan lain-lain.

Jenis wisata ada banyak macamnya seperti wisata kuliner, wisata bangunan atau arsitektur, wisata belanja, wisata edukasi, wisata alam, dan tidak lupa wisata religi.

Wisata religi adalah ketika kita berwisata ke tempat-tempat yang memiliki sisi religi, seperti tempat ibadah atau kawasan ziarah tokoh masyarakat.

Di Kelurahan Setonogedong – Kota Kediri terdapat makam tokoh penyebar agama Islam di Kediri yaitu Syeh Wasil Syamsudin (tahun 920-929 H atau tahun 1514-1523 M). Syeh Wasil Syamsudin lebih dikenal dengan sebutan Mbah Wasil.

Situs Setono Gedong lokasinya berada di belakang Masjid Aulia Setono Gedong, dicapai melalui sebuah gang yang cukup besar di Jl. Doho, Kediri, yang letak dan arahnya berseberangan dengan jalan simpang yang menuju ke arah Stasiun Kereta Api Kediri. Banyak yang tidak menyangka kalau di tengah pusat perbelanjaan tersebut terdapat makam yang menjadi salah satu wisata religi terkenal. Tidak sulit untuk menuju ke lokasi makam karena cukup dengan berjalan kaki sekitar 100 meter ke arah barat melalui gang yang cukup lebar di tengah Jl. Dhoho.

Makam Mbah Wasil sebelum tahun 2003 belum masuk ke dalam rangkaian wisata religi di Jawa. Meski begitu makam Mbah Wasil sudah ramai dikunjungi peziarah yang mengetahui keberadaan makam tersebut dari mulut ke mulut. Tahun 2003 makam Mbah Wasil dipugar dan selanjutnya tahun 2007 dibuka menjadi tempat wisata religi pada masa pemerintahan walikota H.A Maschut.

Banyak versi sejarah yang beredar di masyarakat tentang Mbah Wasil, tiga di antara nya adalah sbb:

Versi 1 : Mbah Wasil, sebagaimana yang dikemukakan oleh beberapa ahli dimungkinkan adalah seorang ulama besar dari Persia yang datang ke Kediri untuk membahas kitab Musyarar atas undangan dari Raja Jayabaya. Tokoh inilah yang kemudian berupaya menyebarkan dan mengembangkan agama Islam di Kediri. Sebagai seorang ulama besar atau tokoh penting yang berjasa mengembangkan Islam di Kediri maka wajar jika setelah meninggal beliau mendapat penghormatan yang tinggi dari masyarakat. Kompleks bangunan makam Setono Gedong merupakan salah satu wujud penghormatan yang diberikan oleh masyarakat terhadap jasa beliau dalam mengembangkan agama Islam di Kediri

Versi 2 : Mbah Wasil dipercaya adalah seorang arab dari Mekah. Alkisah beliau akan dijadikan pemimpin negara setempat, tetapi beliau menolaknya, sebab ia lebih cinta pada Allah SWT. Kemudian beliau mengasingkan diri atau hijrah ke Indonesia, tepatnya di Desa Setono Gedong. Dalam kisahnya, Mbah Wasil hendak membangun masjid dalam waktu satu malam, tetapi disaat dini hari terdengar suara wanita yang memukul lesung menumbuk padi. Rencana Mbah Wasil pun urung terselesaikan, dan hasilnya hanyalah pondasi yang sampai saat ini masih ada.

Versi 3 : Mbah Wasil adalah tokoh penyebar agama Islam di Kediri yang hidup sejaman dengan para Wali Songo. Tokoh ini dimungkinkan memiliki hubungan yang sangat dekat dengan seorang wali, yaitu Sunan Drajat yang merupakan putra kedua dari Sunan Ampel. Pendapat ini didasari oleh dua indikasi, pertama adanya kesamaan arsitektur bangunan dan ornamentasi yang terdapat di kompleks bangunan Setono Gedong dengan kompleks bangunan makam Sunan Drajad di Lamongan. Kedua, Istri Sunan Drajat adalah Retno Ayu Condro Sekar, seorang Putri Adipati Kediri yang bernama Suryo Adilogo